Informasi Jurnalistik Marsa

Rabu, 09 November 2022

Cerpen “Pengemis Tua dan Derasnya Air Hujan”

 Cerpen “Pengemis Tua dan Derasnya Air Hujan”

Cerpen “Pengemis Tua dan Derasnya Air Hujan”


            Cerpen Pengemis Tua dan Derasnya Air Hujan, Di sebuah perempatan kota yang amat ramai, Kendaraan – kendaraan banyak berlalu lalang tak terhitung jumlahnya. Terlihatlah seorang pengemis tua renta berdiri didepan lampu lalu lintas yang sedang berwarna merah, ia berdiri dengan pakainya yang robek robek, dan kotor penuh dengan noda.

        Ia berdiri di tengah jalan mengetuk – ngetuk kaca jendela mobil pengendara yang sedang berhenti pada saat lampu merah hingga ke pengendara sepeda motor “Pak sedekahnya pak…. Kasihanilah saya” ucapnya dengan suara rintih sambil menyedorkan kedua tangannya dengan raut wajah memelas dan penuh harapan.

        Ia terus meminta – minta kepada pengendara yang berhenti, namun tidak ada yang memberikan uang sedikit pun kepada pengemis tua renta tersebut, yang iya dapati hanyalah suara knalpot yang berkukus melewatinya, karena lampu merah telah menjadi lampu berwarna hijau.

Dia terdiam di tengah jalan disaat kendaraan – kendaraan melewatinya, terlihat air matanya keluar dari matanya, ia usap air matanya tiap kali keluar dengan bajunya yang robek robek penuh dengan noda kotoran noda. Ia terus menunggu di tengah jalan dengan penuh harapan ada orang dermawan yang mau memberikannya uang untuk membeli makanan.

Tidak berlangsung lama pada saat itu seketika turunlah rintikan – rintikan air dari langit secara perlahan, Pengemis tua renta tersebut tetap menunggu ditengah jalan sampai lampu berwarna merah sehingga terdapat kendaraan – kendaraan yang berhenti agar dapat ia mintai sedikit rejekinya untuk membeli makanan walau hanya seribu rupiah saja, rintikan air dari langit yang semula gerimis itupun tiba tiba mulai menderas turunnya dan menjadi hujan yang deras sekali, namun pengemis tua tersebut tetap berada di tengah jalanan untuk menunggu pengendaraan yang berhenti supaya dapat diminta – mintai satu persatu.

Disaat yang bersamaan dari arah yang berlawanan terlihat para pengendara yang melaju karena dari kejauhan sudah terlihat bahwa lampu hijau akan berganti menjadi lampu merah dalam waktu 7 detik sesuai yang ditampilkan tulisan angka yang ada di papan rambu lalu lintas.

     Namun semua pengendara terlambat, sehingga perlu menunggu 60 detik kembali sampai rambu lalu lintas kembali berwarna hijau.
Pengemis tua yang diguyur hujan deras itu pun mulai agak kembali bersemangat dengan raut wajah penuh harapan dan raut wajah memelasnya mulai menyedongkan kembali kedua tangannya di kaca jendela mobil yang terbuka.

“Pak sedekahnya pak seribu saja tidak apa – apa, kasihani saya pak”  namun dengan ekpresi dan mimik wajah yang tidak bersahabat, pengemudi mobil tersebut malah acuh tak acuh dan menutup jendela mobilnya rapat – rapat agar tidak dimasuki kedua tangan pengemis tua tersebut. 

Pengemis tua tersebut paham, dan mulai menyadari mungkin dirinya hanyalah seorang beban  bagi masyarakat apalagi pengendara – pengendara yang ia minta – mintai, namun ia terus mencoba menghampiri pengendara – pengendara lainnya, namun hasilnya tetaplah nihil, tak berlangsung lama tiba – tiba terdapat seorang pengendara motor yang sedang menyalip mobil – mobil didepannya agar ia berada dibagian paling depan dari antrean para pengendara yang menunggu lampu berubah menjadi warna hijau.


Ketika pengendara tersebut hampir berada dibarisan paling depan, ia melihat pengemis tua renta yang sedang menangis di tengah jalan dengan raut wajah yang penuh kesedihan sambil mengusap – usap wajahnya yang penuh air mata.

Pengendaraan tersebut pun mendekati pengemis tua tersebut “Kakek mengapa menangis?” ucapnya dengan rasa peduli dan suara yang lemah lembut.Pengemis tua tersebut pun menjawab dengan nada yang amat memelas “Saya lapar dek, namun tidak memiliki uang untuk membeli makanan” ujarnya sambil mengelap air mata yang ada di wajahnya. Pengendara tersebut pun memakaikan si pengemis tua mantel hujannya agar tidak kehujanan, dan ia pun mengambil sesuatu dari tasnya. 

“Ini kek untuk kakek, tapi……. Maaf kek saya tidak punya uang” ucapnya sampil memberikan wadah bekalnya yang penuh isinya kepada pengemis tua tersebut. 

Pengemis tua tersebut pun berterima kasih dan mengambil bekal makanan tersebut, “Terimakasih dek, semoga adek panjang umur, rejekinya lancer, bisa mencapai cita cita yang diinginkan,
Belum selesai pengemis tua tersebut berdoa pengendara tersebut meninggalkannya karena lampu lalu lintas telah berwarna hijau, namun sebelum ia meninggalkan pengemis tua tersebut, ia sempat berkata “ Doakan saja aku masuk Syurga dan diampuni oleh Allah Swt.”


2 komentar:

Defano Gifaaj mengatakan...

CERPENNYA BAGUS BANG, TAPI BUAT CERITA YANG LUCU DONG BANG CERPENNYA KAYA ADA UNSUR UNSUR MEMENYA

Jurnalistikmarsa mengatakan...

Terima Kasih telah membaca Cerpen ini

Postingan artikel kami lainnnya yang mungkin anda sukai

Cerpen "Memungut Rintik Hujan"

  Cerpen "Memungut Rintik Hujan"      AKU KIRA, KEKACAUAN MEMANG TAK MESTI DIMULAI DARI SESUATU YANG BESAR DAN MENGERIKAN. SEBAB S...

Popular Posts