Adzan
Pertama Roiz.
Cerita ini adalah cerita yang diangkat
berdasarkan kisah nyata yang diambil dari kejadian keajaiban Tuhan yang terjadi
didepan mata kami, dimana keajaiban tersebut sangatlah agung sekali dan akan
selalu kami kenang peristiwanya.
Namanya adalah Roiz dia adalah marbot
dimushola kami, ia dikenal sebagai sosok yang rajin dan tekun dalam berkerja.
Itu dapat dibuktikan dengan hasil kerjanya dalam membersihkan dan mengurus
mushola. Namun Roiz memiliki penyakit Afasia Broca, dimana terjadi kerusakan
pada otak yang membuat Roiz kesulitan dalam berbicara seolah bisu namun dapat
mendengar. Namun hal tersebut tidak membuatnya kesulitan dalam berinteraksi
dengan kami semua, karena Roiz merupakan sosok yang sangat ramah, peduli sesama
dan gemar membantu orang lain.
Roiz sendiri adalah sosok inspiratif bagi
kami khususnya para remaja mushola. Selain memiliki sikap dan kepribadian yang
baik Roiz juga mengajarkan kami, bahwa kita sebagai manusia pasti memiliki
kekurangan masing – masing, namun jangan sampai karena kekurangan tersebut kita
malah menyalahkan keadaan dan takdir yang diberikan Tuhan kepada kita semua. Dia
tidak pernah berkata seperti itu kepada kami, namun tingkah laku dan sikapnya
yang murah senyum dan tak pernah mengeluh membuat kami mendapatkan pelajaran
untuk bersyukur kepada Allah Swt karena tidak terkena penyakit seperti yang
dialami Roiz.
Disuatu malam setelah melaksanakan shalat
Isya, saya dan anak – anak putri pernah menyaksikan dan mendengarkan Roiz
berdoa sendirian dengan sangat khusyuk seolah dirinya dapat melihat Allah Swt,
doanya sangat sedih dan menyentuh hati saya. Saya adalah guru SLB jadi saya
mengerti apa yang diucapkan Roiz saat berdoa kepada Allah Swt. Dimana ia
meminta agar Allah Swt memberinya kekuatan dan keajaiban agar dirinya dapat
sembuh dari penyakit yang dideritanya supaya dapat berbicara sehingga Roiz
dapat mengikuti kegiatan mengaji di mushola bersama teman – temannya semua,
dapat ikut serta juga dalam membaca Al-Barzanji dan dia meminta agar sebelum ia
mati dan kembali kepada Allah dia ingin sekali mengumandang adzan dengan baik
dan lancar di mushola ini. Dia berdoa dengan tangannya yang meminta dan
mengemis kepada Allah Swt, ditambah isak tangisnya membuat hati kami yang
melihat dan mendengarnya menjadi tersentuh sekali dimalam itu. “Semoga Allah
Swt mengabulkan doamu yang mulia Roiz, mari anak – anak kita doakan Roiz agar
doanya di Ijabah oleh Allah Swt” Ucap ku kepada semua anak – anak yang ikut
menyaksikan dan mendengarkan Roiz berdoa dengan sangat sedih dan bercucuran air
mata.
Singkat cerita sehabis shalat Magrib pada
hari peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, semua pemuda – pemuda di mushola kami
berangkat ke masjid untuk mengikuti kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad
Saw, hanya Roiz seorang yang di tinggal di mushola untuk membantu kami pada
saat melakukan kegiatan tadarus Al-Quran, Roiz membantu kami menyiapkan meja –
meja Al-Quran agar kami mudah membacanya, dirinya juga membantu mengatur sound
system dan mic agar berfungsi dengan baik.
Setelah kami telah melaksanakan kegiatan
Tadarus Al-Quran, kini tiba waktunya untuk melaksanakan shalat Isya, namun
semua pemuda lainnya tidak ada di mushola, hanya Roiz seoranglah pemuda yang
berada di Mushola, kami pun menyuruh Roiz untuk mengumandangkan adzan Isya
karena mushola – mushola lainnya telah mengumandangkan adzan. Awalnya Roiz
menolak karena dirinya sulit berbicara dan bahkan seperti orang bisu, namun
untungnya Putri dan Anisa memberikan Roiz pengertian agar dirinya mau mengumandangkan
adzan.
Putri :“Roiz,
ayok cepat adzan, mushola lainnya sudah adzan nih”
Roiz :“Aa-pii, aak-u suss-sah unn-tuu-ukkk ngoo-mmong
t-ri” ucap Roiz dengan suara yang lemah lembut dan memelas agar dimaklumi bila
menolak.
Anisa : “Tapi kita
semua perempuan Roiz, tidak mungkin kita yang mengumandangkan adzan, ayoklah
Roiz kamu pasti bisa!” ucap Anisa meyakinkan Roiz agar mau mengumandangkan
adzan.
Mendengar pengertian
keduanya dan ucapan Anisa yang meyakinkan Roiz, mau tidak mau Roiz pun harus
mengumandangkan adzan. Namun sebelum melaksanakan adzan Roiz pun berdoa
terlebih dahulu agar lisannya dapat berbicara lancar dan fasih saat
mengumandangkan adzan.
Roiz pun mengumandangkan adzannya dengan
keyakinan bahwa Allah akan memberikannya keajaiban pada saat mengumandangkan. Allahu
Akbar, Allahu Akbar ucap Roiz dengan suara pelan namun lancar, semua orang
dimushola takjub dan menyebut asma Allah yang tinggi “Subhanallah!” ketika
menyaksikan keajaiban itu terjadi didepan mata mereka semua. Mengalami
keajaiban yang diberikan oleh Allah Swt kepadanya Roiz pun bertambah yakin dan
terus mengumandangkan adzan, ia pun berusaha mengeraskan suaranya semaksimal
mungkin untuk menyajikan adzan pertama terbaiknya kepada Allah Swt, dan suara
adzannya terdengar hingga ke masjid. Pemuda Mushola kami pun ingin mengetahui
suara adzan siapa yang indah dan keras hingga terdengar sampai masjid.
Mereka pun bergegas karena ingin
mengetahui suara siapa, mengingat Kyai yang akan mengisi acara Maulid Nabi
Muhammad Saw di masjid sedang berada diperjalanan, sehingga mereka memilih
kembali ke mushola terlebih dahulu untuk melaksanakan Shalat Isya. Mereka
bergegas untuk mengetahui siapa yang mengumandangkan adzan dimushola. Disaat
mereka berlari menuju mushola, suara Roiz mulai pelan, hidungnya mengeluarkan
darah, namun ia tidak peduli walaupun hidung berdarah, Roiz tetap melanjutkan
adzannya.
Disaat suara Adzan Roiz melemah dan memelan itu, barulah pemuda –
pemuda di mushola kami mengenali suaranya mereka berteriak “Roiz! Itu suara
Roiz!” mereka pun menambah kecepatan dan benar saja ternyata itu suara Roiz,
mereka memuji Allah akan keajaiban yang dilihatnya “Subhanallah! Allah Maha
Besar!” lalu mereka mendekat ke Roiz yang akan mengakhiri adzannya.
“Allahu Akbar, Allahu
Akbar!, Laaa....iillahhaa..” salah satu pemuda bernama Fikri mendekat lalu menepuk
bahu Roiz sembari berkata “Roiz kamu kenapa?” namun Roiz tak peduli akan hal tersebut,
ia terus melanjutkan adzannya dengan sisa tenaganya. Setelah ia selesai
mengumandangkan adzan tubuh Roiz melemah, tubuhnya perlahan turun dan hampir
terjatuh, namun beruntung ditangkap oleh Fikri dan pemuda lainnya. Semua
terkejut melihat Roiz yang hidungnya berdarah, mereka semua berkata “Roiz....
Bangun Roiz sadar!!” Roiz membuka matanya dan berkata kepada kami “Menurut
kalian apakah adzanku diterima oleh Allah?” Kami semua yang mendengar
pertanyaan Roiz pun menangis dan menjawab “Iya... Roiz adzanmu diterima Allah”
Roiz pun tersenyum kepada kami mendengar jawaban kami, lalu tak lama Roiz pun
tertidur untuk selama –lamanya dihadapan kami dengan hidungnya yang berdarah,
kami tak kuasa melihat kepergian Roiz dikala itu, mengingat Roiz yang merupakan
sosok Inspiratif kami pergi berpulang kepada Allah, tak ada satu pun diantara
kami yang tidak menangis terisak – isak disaat itu, semua menangis karena kehilangan
sosok Roiz.