Informasi Jurnalistik Marsa

Selasa, 18 April 2023

Adzan Pertama Roiz.

Adzan Pertama Roiz.

Adzan Pertama Roiz

     Cerita ini adalah cerita yang diangkat berdasarkan kisah nyata yang diambil dari kejadian keajaiban Tuhan yang terjadi didepan mata kami, dimana keajaiban tersebut sangatlah agung sekali dan akan selalu kami kenang peristiwanya.

     Namanya adalah Roiz dia adalah marbot dimushola kami, ia dikenal sebagai sosok yang rajin dan tekun dalam berkerja. Itu dapat dibuktikan dengan hasil kerjanya dalam membersihkan dan mengurus mushola. Namun Roiz memiliki penyakit Afasia Broca, dimana terjadi kerusakan pada otak yang membuat Roiz kesulitan dalam berbicara seolah bisu namun dapat mendengar. Namun hal tersebut tidak membuatnya kesulitan dalam berinteraksi dengan kami semua, karena Roiz merupakan sosok yang sangat ramah, peduli sesama dan gemar membantu orang lain.

     Roiz sendiri adalah sosok inspiratif bagi kami khususnya para remaja mushola. Selain memiliki sikap dan kepribadian yang baik Roiz juga mengajarkan kami, bahwa kita sebagai manusia pasti memiliki kekurangan masing – masing, namun jangan sampai karena kekurangan tersebut kita malah menyalahkan keadaan dan takdir yang diberikan Tuhan kepada kita semua. Dia tidak pernah berkata seperti itu kepada kami, namun tingkah laku dan sikapnya yang murah senyum dan tak pernah mengeluh membuat kami mendapatkan pelajaran untuk bersyukur kepada Allah Swt karena tidak terkena penyakit seperti yang dialami Roiz.

     Disuatu malam setelah melaksanakan shalat Isya, saya dan anak – anak putri pernah menyaksikan dan mendengarkan Roiz berdoa sendirian dengan sangat khusyuk seolah dirinya dapat melihat Allah Swt, doanya sangat sedih dan menyentuh hati saya. Saya adalah guru SLB jadi saya mengerti apa yang diucapkan Roiz saat berdoa kepada Allah Swt. Dimana ia meminta agar Allah Swt memberinya kekuatan dan keajaiban agar dirinya dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya supaya dapat berbicara sehingga Roiz dapat mengikuti kegiatan mengaji di mushola bersama teman – temannya semua, dapat ikut serta juga dalam membaca Al-Barzanji dan dia meminta agar sebelum ia mati dan kembali kepada Allah dia ingin sekali mengumandang adzan dengan baik dan lancar di mushola ini. Dia berdoa dengan tangannya yang meminta dan mengemis kepada Allah Swt, ditambah isak tangisnya membuat hati kami yang melihat dan mendengarnya menjadi tersentuh sekali dimalam itu. “Semoga Allah Swt mengabulkan doamu yang mulia Roiz, mari anak – anak kita doakan Roiz agar doanya di Ijabah oleh Allah Swt” Ucap ku kepada semua anak – anak yang ikut menyaksikan dan mendengarkan Roiz berdoa dengan sangat sedih dan bercucuran air mata.

     Singkat cerita sehabis shalat Magrib pada hari peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, semua pemuda – pemuda di mushola kami berangkat ke masjid untuk mengikuti kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, hanya Roiz seorang yang di tinggal di mushola untuk membantu kami pada saat melakukan kegiatan tadarus Al-Quran, Roiz membantu kami menyiapkan meja – meja Al-Quran agar kami mudah membacanya, dirinya juga membantu mengatur sound system dan mic agar berfungsi dengan baik.

     Setelah kami telah melaksanakan kegiatan Tadarus Al-Quran, kini tiba waktunya untuk melaksanakan shalat Isya, namun semua pemuda lainnya tidak ada di mushola, hanya Roiz seoranglah pemuda yang berada di Mushola, kami pun menyuruh Roiz untuk mengumandangkan adzan Isya karena mushola – mushola lainnya telah mengumandangkan adzan. Awalnya Roiz menolak karena dirinya sulit berbicara dan bahkan seperti orang bisu, namun untungnya Putri dan Anisa memberikan Roiz pengertian agar dirinya mau mengumandangkan adzan.

Putri   :“Roiz, ayok cepat adzan, mushola lainnya sudah adzan nih”

Roiz   :“Aa-pii, aak-u suss-sah unn-tuu-ukkk ngoo-mmong t-ri” ucap Roiz dengan suara yang lemah lembut dan memelas agar dimaklumi bila menolak.

Anisa : “Tapi kita semua perempuan Roiz, tidak mungkin kita yang mengumandangkan adzan, ayoklah Roiz kamu pasti bisa!” ucap Anisa meyakinkan Roiz agar mau mengumandangkan adzan.

Mendengar pengertian keduanya dan ucapan Anisa yang meyakinkan Roiz, mau tidak mau Roiz pun harus mengumandangkan adzan. Namun sebelum melaksanakan adzan Roiz pun berdoa terlebih dahulu agar lisannya dapat berbicara lancar dan fasih saat mengumandangkan adzan.

     Roiz pun mengumandangkan adzannya dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya keajaiban pada saat mengumandangkan. Allahu Akbar, Allahu Akbar ucap Roiz dengan suara pelan namun lancar, semua orang dimushola takjub dan menyebut asma Allah yang tinggi “Subhanallah!” ketika menyaksikan keajaiban itu terjadi didepan mata mereka semua. Mengalami keajaiban yang diberikan oleh Allah Swt kepadanya Roiz pun bertambah yakin dan terus mengumandangkan adzan, ia pun berusaha mengeraskan suaranya semaksimal mungkin untuk menyajikan adzan pertama terbaiknya kepada Allah Swt, dan suara adzannya terdengar hingga ke masjid. Pemuda Mushola kami pun ingin mengetahui suara adzan siapa yang indah dan keras hingga terdengar sampai masjid.

     Mereka pun bergegas karena ingin mengetahui suara siapa, mengingat Kyai yang akan mengisi acara Maulid Nabi Muhammad Saw di masjid sedang berada diperjalanan, sehingga mereka memilih kembali ke mushola terlebih dahulu untuk melaksanakan Shalat Isya. Mereka bergegas untuk mengetahui siapa yang mengumandangkan adzan dimushola. Disaat mereka berlari menuju mushola, suara Roiz mulai pelan, hidungnya mengeluarkan darah, namun ia tidak peduli walaupun hidung berdarah, Roiz tetap melanjutkan adzannya.

     Disaat suara Adzan Roiz  melemah dan memelan itu, barulah pemuda – pemuda di mushola kami mengenali suaranya mereka berteriak “Roiz! Itu suara Roiz!” mereka pun menambah kecepatan dan benar saja ternyata itu suara Roiz, mereka memuji Allah akan keajaiban yang dilihatnya “Subhanallah! Allah Maha Besar!” lalu mereka mendekat ke Roiz yang akan mengakhiri adzannya.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar!, Laaa....iillahhaa..” salah satu pemuda bernama Fikri mendekat lalu menepuk bahu Roiz sembari berkata “Roiz kamu kenapa?” namun Roiz tak peduli akan hal tersebut, ia terus melanjutkan adzannya dengan sisa tenaganya. Setelah ia selesai mengumandangkan adzan tubuh Roiz melemah, tubuhnya perlahan turun dan hampir terjatuh, namun beruntung ditangkap oleh Fikri dan pemuda lainnya. Semua terkejut melihat Roiz yang hidungnya berdarah, mereka semua berkata “Roiz.... Bangun Roiz sadar!!” Roiz membuka matanya dan berkata kepada kami “Menurut kalian apakah adzanku diterima oleh Allah?” Kami semua yang mendengar pertanyaan Roiz pun menangis dan menjawab “Iya... Roiz adzanmu diterima Allah” Roiz pun tersenyum kepada kami mendengar jawaban kami, lalu tak lama Roiz pun tertidur untuk selama –lamanya dihadapan kami dengan hidungnya yang berdarah, kami tak kuasa melihat kepergian Roiz dikala itu, mengingat Roiz yang merupakan sosok Inspiratif kami pergi berpulang kepada Allah, tak ada satu pun diantara kami yang tidak menangis terisak – isak  disaat itu, semua menangis karena kehilangan sosok Roiz.

Tidak ada komentar:

Postingan artikel kami lainnnya yang mungkin anda sukai

Cerpen "Memungut Rintik Hujan"

  Cerpen "Memungut Rintik Hujan"      AKU KIRA, KEKACAUAN MEMANG TAK MESTI DIMULAI DARI SESUATU YANG BESAR DAN MENGERIKAN. SEBAB S...

Popular Posts