Informasi Jurnalistik Marsa

Selasa, 18 April 2023

Keheningan Malam.

 Keheningan Malam.

Keheningan Malam.
Ilustrasi Gambar



     Di depan rumah kayu yang kecil itu terlihatlah sosok pemuda yang duduk termenung diteras rumah kayunya bagaikan orang yang terkena hipnotis. Di temani keheningan malam yang sunyi dan mencekam membuatnya semakin larut dan terbawa dalam lamunan dan renungannya, seolah alam memberinya perintah untuk merenungi nasibnya yang malang itu dengan dihadirkannya keheningan malam.

     Sosok pemuda itu terlihat sangat kacau sekali keadaannya mulutnya berbau alkohol, rambutnya serabutan tak jelas, dan yang ia pegang kini ditangannya hanyalah kertas judi yang bahkan tidak dapat ia menangkan. Di rasa yang sudah tak karuan dirasakannya, pemuda itu teringat akan semua harta warisannya yang dulu diberikan oleh kedua orang tuanya, namun kini sudah hilang dan lenyap tak tersisa karena dihabiskan untuk berfoya – foya, bermain judi, dan bahkan untuk menyewa para pelacur.

     Di dalam mengingat harta warisannya yang telah habis dihamburkan itu, dirinya terus memikirkan keadaannya sekarang yang telah hancur dan berantakan bagaikan sebuah buku yang dibakar halamannya hingga menjadi debu dan hilang tak tersisa ditiup sang angin. Dan dirinya pun bertanya pada dirinya sendiri “Mengapa bisa ku habiskan semua tanah dan rumah warisan orang tua demi hal yang bahkan menghancurkan hidupku seperti ulat yang menghancurkan tanaman yang semula indah?” ia bingung menjawab pertanyaan dirinya sendiri untuk dirinya sendiri, dan bahkan kini ia bingung apa harus yang ia lakukan untuk bangkit dari keterpurukan hidupnya itu yang kelam.

     Dirinya hanya dapat menyesali semua kesalahan yang dilakukannnya sewaktu bergelimang harta, ditengah menyesali semua penyesalan atas semua kesalahan yang di masa lampaunya, ia kembali termenung lagi, namun kali ini dia termenung mengingat ucapan orang – orang yang ia sayangi sebelum hidupnya berantakan. Ia memulainya dari mengingat temannya namun tak kata – kata seorang teman pun yang dapat membuat hatinya lebih tenang, karena ia dahulu berteman dilingkungan pertemuan yang gemar bersenang – senang, menghamburkan harta warisan dan hanya bermabukan- mabukan sehingga yang ia ingat saat mengingat temannya dahulu hanyalah kalimat “Mabuk yuk kan kita masih muda, masa muda harus dinikmati jika bukan sekarang kapan lagi?” sembari mengingat raut wajah temannya yang tersenyum lebar sambil memegangi minuman haram yang disodorkan kehadapannya.

     Dan ia dapat menghamburkan harta warisannya karena tak pernah mendengar pesan kedua orang tuanya semasa hidup, semua ucapan nasihat dan petuah yang melimpah diucapkan keduanya dianggap bagaikan angin lalu olehnya.

     Namun kedua orang tuanya kini telah berpulang disisi Allah Swt dan kini keduanya terkubur dibawah tanah dan menjadi santapan bagi cacing tanah yang haus akan makanan, sadar bahwa dirinya kehilangan keduanya yang begitu berharga didalam hidupnya ia mengingat kata – kata terakhir yang diucapakan oleh kedua orang tuanya sebelum ajal menjemput keduanya dimana sang ayah ketika dalam kritis ia berpesan “Semua yang ayah dan ibu miliki di dunia ini sifatnya sementara nak... maka gunakanlah dengan bijak jangan sampai kamu hamburkan untuk hal yang buruk ya nak” dan sang ibu berkata “Sudahlah mas nanti juga jika anak kita dewasa, pasti akan mengerti” Ucap sang ayah dan ibu pemuda itu yang kondisinya amat kritis di rumah sakit karena mengalami kecelakaan maut yang membuat keduanya harus dilarikan dirumah sakit.

     Mengingat kata – kata keduanya dan kejadian pilu diwaktu itu, pemuda ini pun berharap waktu dapat diputar mundur kembali berharap ayah dan ibunya masih ada disisinya untuk menemaninya dikeheningan malam yang sunyi ini. Di penyesalannya yang sudah memuncak itu pemuda itu pun sadar bahwa tak ada seorang manusia satu pun yang mencintainya didunia ini melebihi kedua orang tuanya.

     Dirinya pun belajar bahwa kesenangan yang didapatkannya dengan cara melakukan maksiat tak akan ada satu pun yang akan membawanya menuju kebahagiaan yang sejati, yang ia dapatkan dari kesenangan maksiat itu sejatinya hanyalah kehancuran dan kebinasaan yang membuat hidupnya berantakan. Agar tak terus berada keterpurukan hidupnya itu, pemuda tersebut pun merobek – robek kertas judinya dan bergegas menuju masjid untuk membasuh mulutnya yang berbau alkohol dengan wudhu, pemuda yang selesai wudhu itu pun segera memasuki masjid dan melaksanakan shalat tahajud, didalam melaksanakan shalat tahajud itu ia mengingat semua dosa – dosa yang ia lakukan selama ini, dan dirinya bahkan merasa hina karena dosa – dosanya setelah melaksanakan shalat tahajud itu pemuda ini beristigfar kepada Allah Swt untuk meminta ampun atas kesalahan yang diperbuatnya, serta tak lupa meminta agar kedua orang tuanya ditempatkan ditempat terbaik disisi-Nya.

     Dikeheningan malam itu pemuda tersebut diberikan hidayah berupa penyesalan dihatinya yang menyesali hidupnya karena pernah melakukan maksiat di masa lampau, sehingga dirinya merasa hina dan melaksankan shalat dan beristigfar kepada Allah Swt sehingga pemuda tersebut sadar dan diberi petunjuk oleh Allah Swt, dimana disaat ia selesai ibadah di masjid terlihat pengurus masjid yang meminta untuk pemuda ini menjadi marbot, dan pemuda ini pun menjadi marbot di masjid tersebut karena ingin dekat kepada Allah Swt yang senantiasa membuat hatinya damai dan tenang.



 



Tidak ada komentar:

Postingan artikel kami lainnnya yang mungkin anda sukai

Cerpen "Memungut Rintik Hujan"

  Cerpen "Memungut Rintik Hujan"      AKU KIRA, KEKACAUAN MEMANG TAK MESTI DIMULAI DARI SESUATU YANG BESAR DAN MENGERIKAN. SEBAB S...

Popular Posts